pilihan seorang perempuan dibelahan dunia manapun lebih cenderung ditentukan oleh pola budaya yang telah diinternalisasikan di dalam benaknya daripada preferensi pribadi,,,
terlebih jika preferensi itu membentur tembok realitas yang tak pernah memiliki konstanta kepastian tentang baik dan buruk,,,
maka satu-satunya konsekuensi yang harus ditanggung perempuan adalah terbatasnya pilihan yang menghampiri mereka,,,
adilkah,,,??????
terlebih jika preferensi itu membentur tembok realitas yang tak pernah memiliki konstanta kepastian tentang baik dan buruk,,,
maka satu-satunya konsekuensi yang harus ditanggung perempuan adalah terbatasnya pilihan yang menghampiri mereka,,,
adilkah,,,??????